Rabu, 22 Juni 2011

ASKEP INFEKSI NIFAS

                          A.            DEFINISI
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115)
Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknnya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2009:122)
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari (Mochtar, Rustam, 1998:115)

                             B.            ETIOLOGI
Menurut (Ambarwati dan Wulandari, 2009:122-123) :
1.      Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandungan.
a.       Ektogen (kuman datang dari luar)
b.      Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
c.       Endogen (dari jalan lahir sendiri)
2.      Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi.
a.       Streptococcus Haemolyticus Aerobik
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong.
b.      Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi dirumah sakit.
c.       Eschericia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.
d.      Clostridium welchii
Kuman aerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

                             C.            TANDA DAN GEJALA
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk :
1.      Infeksi local
Pembekakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaran lhocea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperature badan dapat meningkat.
2.      Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperature meningkat, tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan teras sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor.

                            D.            PATOFISIOLOGI
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaanya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi thrombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang pathogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum, yang merupakan tempat masuknya kuman patogen. Infeksi nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu satu infeksi yang terbatas pad perineum, vulva, vagina, servik dan endometrium, kedua penyebaran dari tempat tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.

                             E.            PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik
1.      Jumlah sel darah putih (SDP)
2.      Hemoglobin ( Hb / ht ), untuk mengetahui penurunan pada adanya anemia
3.      Kultur ( aerobik / anaerobik ) dari bahan intra uterus atau intra servikal atau drainase luka atau pewarnaan gram dari lokhia serviks dan uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
4.      Urinalisis dan kultur : mengesampingkan interaksi saluran kemih
5.      Ultrasonografi : menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
6.       Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyari pelvis. Masa atau pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis.

                              F.            PENATALAKSANAAN
1.      Pengobatan infeksi nifas
a.       Sebaiknya segera dilakukan pembiakan ( kultur) dan sekret vagina dari luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendaptkan antibiotik yang tepat dalam pengobatan.
b.      Lalu berikan dosis yang cukup dan adekuat.
c.       Karena pemeriksa memberikan waktu lama berikan antibiotika spektrum luas ( blood spectrum )
d.      Pengobatan yang dapat mempertinggi daya tahan tubuh penderita (infus, transfusi darah).

2.      Pengobatan kemoterapi dan antibiotic
a.       Kemasan sulfonamide
b.      Trisulfa merupakan kombinasi dari suldizim 185, sulfa metazin 130 mg dan sulfa tiozol 183 mg.
c.       Dosis insial 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian per oral.
d.      Kemasan penisilin
e.       Prokain-penisilin 1,2-2,4 juta im. Penisilin 6.500 satuan setiap 6 jam atau metasilin 1 gr setiap 6 jam im ditambah dengan ampisilin kapsul 4x250 mg/oral.
f.        Tetrasiklin, entromisin dan khlorampenikol

                            G.            ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI NIFAS
                        Asuhan keperawatan klien dengan infeksi nifas adalah sebagai berikut (Doenges, 2001) :
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dan lain-lain.
b.      Riwayat kesehatan
1)      Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:
a)      pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah dalam
bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu postpartum.
b)       adanya leukore dan lochia berbau menyengat
2)      Riwayat kesehatan dahulu
a)Riwayat penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal kronik, hemofilia,mioma uteri ,riwayat pre eklampsia,trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta.
b)      Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang pernah /sedang menderita
hipertensi,peny jantung dan pre eklampsia,penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
c)Riwayat obstetric
1.      Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus,
banyaknya,baunya,keluhan waktu haid.
2.       Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin,kawin yang keberapa,
usia mulai hamil
d)      Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1)      Riwayat hamil meliputi:waktu hamil muda,hamil tua, apakah ada abortus.
2)      Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
3)      Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI cukup atau tidak, kondisi
ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
e) Riwayat kehamilan sekarang
1)      Hamil muda:keluhan selama hamil muda
2)       Hamil tua : keluhan selama hamil tua,peningkatan BB,suhu nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
3)      Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan, berapa kali,perawatan serta pengobatannya yang didapat.


f)  Riwayat persalinan sekarang
Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (misalnya : retensio plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan), anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.

2.      Pemeriksaan fisik
a.       Pemeriksaan umum
1)      Aktivitas istirahat
Tanda : Kelelahan / keletihan ( persalinan lama, seresor, pasca partum multipel )
2)      Sirkulasi
Tanda : Takikardi
3)      Penggunaan Obat-Obatan
Tanda : Ansietas jelas ( peritonitis )
4)      Status Psikologis
Tanda :
a. Anoreksia, mual / muntah.
b. Haus, membran mukosa kering
c. Distenti abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)
5)      Neurosensori
Tanda : Sakit kepala
6)       Nyeri / Ketidaknyamanan
Tanda :
a. Nyeri lokal, disuria, ketidakmampuan abdomen.
b. Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding (endometritis)
c. Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral ( salpingitis / ooferitis, parametritis ).
7)      Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat / dangkal ( berat / proses sistemik ).
8)      Keamanan
Suhu 104,40 F atau lebih tinggi pada 2 hari secara terus menerus, namun 24 jam pasca partum adalah tanda infeksi, namun suhu tinggi dari 1010 F (38,90 C) pada 24 jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi.
b.      Pemeriksaan khusus
1)      Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
2)      Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
3)      Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka
jahitan
4)      Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
5)      Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum

3.      Diagnosa keperawatan dan intervensi
a.       Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
1)      Tujuan 1 : Mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi :
a)      Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan kemungkinan perdarahan atau nyeri.
b)      Kaji tinggi fundus dan sifat.
c)      Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.
d)      Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting). Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat apakah klien menyusui dengan ASI.
e)      Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
f)        Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
g)      Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara teratur.
h)      Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
i)        Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat besi.
j)        Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
k)      Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara sering dan teratur.
l)         Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.



2)      Tujuan 2 : Identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.
Intervensi :
a)      Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
b)      Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau methyler gonovine.
c)      Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
d)      Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang muntah
e)      Pemberian analgetika dan antibiotika.

b.      Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
1)      Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor pencetus
2)      Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal: tegangan otot, gelisah.
3)      Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
4)      Berikan tindakan kenyamanan (missal : pijatan / masase punggung)
5)      Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri , contoh : latihan relaksasi / napas dalam , bimbingan imajinasi , visualisasi)
6)      Kolaborasi :
a)      Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan
b)      Pemberian Antibiotika

c.       Cemas / ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
1)      Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2)      Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3)      Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
4)      Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
5)      Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
6)      Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.

d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang dibuktikan oleh pemulihan luka tepat waktu, tingkat energi cukup dan Hb / Ht dalam batas normal pasca partum.
Intervensi :
1)      Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C.
2)       Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml / hari jus, sup dan cairan nutrisi lain
3)      Berikanlah cairan / nutrisi parental sesuai indikasi (kolaborasi)

e.       Nyeri berhubungan dengan respons tubuh pada agen tidak efektif : sifat infeksi.
Tujuan :
1)      Mengidentifikasi / menggunakan tindakan kenyamanan yang tepat secara individu.
2)      Melaporkan ketidak nyamanan hilang / terkontrol
Intervensi
a)      Kaji lokasi dan sifat ketidaknyaman atau nyeri
b)      Berikan instruksi mengenai, membantu, mempertahankan kebersihan dan kehangatan.
c)      Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi
d)      Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan.

f.        Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan penyakit.
Tujuan :
1)      Menunjukan perilaku kedekatan terus menerus interaksi orang tua-bayi
2)      Mempertahankan / melakukan taggung jawab untuk perawatan fisik dan emosi terhadap bayi baru lahir, sesuai kemampuan.
3)      Mengekspresikan kenyamanan dengan peran menjadi orang tua.
Intervensi :
a)   Berikan kesempatan untuk kontak ibu-bayi kapan saja memungkinkan.
b)   Pantau respons emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi.
c)   Anjurkan klien untul menyusui bayi bila mungkin
d)  Anjurkan ayah / anggota keluarga lain untuk mera

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dan Wulandari, 2009, Asuhan Kebidanan NIFAS, MITRA CENDEKA Press, Jogjakarta
Doenges M.E. (2001). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Car
(2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Farrer H. Prawatan Maternitas. Jakarta. EGC, 1999. hal 231-232
Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohadrjo.
Rustam Mochtar, Prof. Dr. MPH, 1998, Sonopsis Obstetri, Jilid 1, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar: